Lihat Kebunku, Nur

Lihat kebunku, Nur, pohon-
pohon penuh luka
menertawakan lumur darahnya
di taring sabit. Rumput-
rumput kebunku, Nur,
tumbuh liar tak teratur. Kolam
kebunku, Nur, penuh
busuk
bangkai hewan.

Lihat kebunku, Nur!

Lihat aku, Nur!
si tukang kebun
yang payah.
hamba nan bingung

Boleh aku jadi cacing di kebunmu saja, Nur?

Sajak yang Kedinginan

ini mendung sudah beda
menjerang air mengakali dingin hawa
mulut ceret nafasnya doa
gerimis air mata langitkan cinta.

ini mendung, baru dikenalnya sepi
belum ia jumpai sosok sunyi
Maka berpuisi.
Ya, dia pilih puisi
sebagai temannya menari
bersama juta titik hujan
dari Tuhan.

alhamdulillah.