Jika kau hendak menemuiku
Cintailah pinggir pantai depan Kelenteng:
gapuranya kepiting, kuda putih-kuda hitam di kanan kirinya.
Angin semilir. Asin
Raga lari kesana-kemari
tapi jiwaku yang tenang tertinggal di sana,
di depan Klenteng, menghadap laut
membayangkan rupamu, wahai jelita
Kecipak ombak
Bocah lemparkan kail, kakinya basah
Lelaki tua asyik mengupas siwalan
Pengamen tua lantunkan lagu yang sama berulang-ulang
Warna-warni kapal nelayan membentuk pelanginya sendiri
betapa puitisnya jiwaku di sana
menunggumu, Juwita.
tapi, jiwa gila
terlalu indah buat ia tak betah
tapi, jiwa jalang
terlalu aman buat ia tak nyaman
kalau tak kautemukan aku di sana
Pandanglah laut sejauh-jauhnya;
aku selalu ingin berada di tengah laut, bersyair:
“Ahoo… asu-asu dalam diriku, gugurlah! Berenanglah bersama ombak! Pergilah! aku ingin menemui Kekasihku, aku ingin menemui Aku”
barangkali saja aku sudah di sana, Sayang.