Jika Kau Hendak Menemuiku

Jika kau hendak menemuiku
Cintailah pinggir pantai depan Kelenteng:
gapuranya kepiting, kuda putih-kuda hitam di kanan kirinya.
Angin semilir. Asin

Raga lari kesana-kemari
tapi jiwaku yang tenang tertinggal di sana,
di depan Klenteng, menghadap laut
membayangkan rupamu, wahai jelita

Kecipak ombak
Bocah lemparkan kail, kakinya basah
Lelaki tua asyik mengupas siwalan
Pengamen tua lantunkan lagu yang sama berulang-ulang
Warna-warni kapal nelayan membentuk pelanginya sendiri
betapa puitisnya jiwaku di sana
menunggumu, Juwita.

tapi, jiwa gila
terlalu indah buat ia tak betah
tapi, jiwa jalang
terlalu aman buat ia tak nyaman

kalau tak kautemukan aku di sana
Pandanglah laut sejauh-jauhnya;
aku selalu ingin berada di tengah laut, bersyair:
“Ahoo… asu-asu dalam diriku, gugurlah! Berenanglah bersama ombak! Pergilah! aku ingin menemui Kekasihku, aku ingin menemui Aku”

barangkali saja aku sudah di sana, Sayang.

Dari Balik Kurung

yang termangu.
Begitulah hatiku
memangku harap tuk bersamamu

Kuloncatkan rasa-Nya masuk sumur. Biar tenggelam, biar kau hilang
apa lacur? hanya timbul dan timbul yang muncul

dan baiknya diam saja, wahai engkau, ustadz-ustadz
nasihat tak lebih bau kentut bagi cinta

kalau remeh dunia boleh kuminta
selain Cinta, kuminta pada Kekasih, cintamu.

Selain itu, sebelum itu, sesudah itu;
kurung saja dirimu, Hati.