Ibuku punya depot kecil
kumuh namun banyak yang beli
Nasi campur, nasi pecel, nasi lodeh
aku kuliah dari rupiah manusia-manusia lapar yang lelah
bayar nasi ibu
Lalu, ibu mati
istriku diwarisi warung nasi
Tak kalah sedap sambal istriku
Aku lahap, anak-anakku lahap
kuli, tukang, buruh, pembantu juga makan dengan lahap
Lalu, warung bangkrut
kami tak cakap memutar otak untuk berdagang
nasi jualan selalu habis sebelum jam istirahat siang
Anakku berjumlah tiga belas
dalam masa pertumbuhan;
seperti monster, tak berhenti memegang sendok
Anak-anak selalu makan dengan lahap
aku, istriku
tak bisa tidur lelap
Jogja, 2009